Archive for Maret, 2012

Autisme dan masalah pada sistem pencernaan

AUTIS DAN MASALAH PADA SISTEM PENCERNAAN

            Pada pembahasan kali ini saya akan membahas tentang autis pada anak serta masalah pada sistem pencernaan penderita autis. Terlebih dahulu saya akan menjelaskan apa itu autis. Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:

Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.

         Autisme dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Pervasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah (umbrella term) PDD, yaitu:

  1. Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
  2. Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.
  3. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).
  4. Rett’s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
  5. Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.

Diagnosa Pervasive Develompmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD – NOS) umumnya digunakan atau dipakai di Amerika Serikat untuk menjelaskan adanya beberapa karakteristik autisme pada seseorang (Howlin, 1998: 79). National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) di Amerika Serikat menyatakan bahwa Autisme dan PDD – NOS adalah gangguan perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dan gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun. Keduanya merupakan gangguan yang bersifat neurologis yang memengaruhi kemampuan berkomunikasi, pemahaman bahasa, bermain dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Ketidakmampuan beradaptasi pada perubahan dan adanya respon-respon yang tidak wajar

Bagi para orang tua dan keluarga sendiri perlu juga dicatat bahwa gejala autisme bersifat individual; akan berbeda satu dengan lainnya meskipun sama-sama dianggap sebagai low functioning atau dianggap sebagai high functioning. Membutuhkan kesabaran untuk menghadapinya dan konsistensi untuk dalam penanganannya sehingga perlu disadari bahwa bahwa fenomena ini adalah suatu perjalanan yang panjang. Jangan berhenti pada ketidakmampuan anak tetapi juga perlu menggali bakat-bakat serta potensi-potensi yang ada pada diri anak.

  1. Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan
  2. Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada, menggenggam) hingga usia 12 bulan
  3. Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan
  4. Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan
  5. Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu.

Kemudian disini saya akan menuliskan serta membahas tentang penderita autis yang memiliki gangguan pencernaan, anak-anak dan orang dewasa dengan gangguan spektrum autistik sering kalli mengalami keluhan pada lambung dan usus mereka, seperti diare, sembelit, rasa sakit pada perut, kembung dan gas pada perut. Setelah sekian lama menganggap keluhan-keluhan tersebuat biasa kini peneliti diselurung dunia memastikan bahwa banyak anak dan orang dewasa pada penderita autis sebenarnya mengalami kondisi yang serius.

Tanda dan gejala

  1. BAB ( BUANG AIR BESAR ) YANG TIDAK NORMAL
    1. Diare
    2. Fases yang lembek
    3. Sembelit
  2. FASES MENGANDUNG MAKANAN YANG TIDAK DI CERNA

Ini disebabkan oleh rusaknya jaringan usus halus sehingga menghalsngi penyerapan nutrisi secara efisien saat makanan melewati sistem pencernaan ini. Terganggunya penyerapan nutrisi makanan ini dapat menyebabkan dampak yang serius pada anak yang sedang tumbuh kerena tubuhnya akan kekurangan bahan bakar untuk metabilisme tubuhnya.

  1. AROMA TIDAK SEDAP

Tidak ada cara halus untuk mengutarakan hal ini: fases seorang anak penyandang ASD biasanya berbau busuk sangat menusuk. Ini disebabkan karena sistem pencernaan secara keseluruhan mengalami gangguan, metabolisme tubuh tidak bekerja secara semestinya, enzim-enzim tidak diproduksi tubuh secara sebagaimana semestinya.

  1. PERTUMBUHAN YANG LAMBAT
  2. RADANG MULUT
  3. PERMASALAHAN DALAM DIET
  4. CACINGAN
  5. POLIP
  6. SULIT MAKAN
  7. MENYAKITI DIRI SENDIRI
  8. ASAM LAMBUNG YANG BERBALIK
  9. MATA BENGKAK
  10. HIPERAKTIF SEBELUM BAB
  11. JAMUR KANDIDA
  12. PENYAKIT KOLIK

 

Yang dapat anda lakukan : lima langkah menuju sukses:

  1. Kenali dan catat gejala-gejalanya
  2. Pastikan toilet dapat diakses dengan cepat
  3. Temukan cara untuk mengkomunikasikan rasa sakit atau keinginan untuk pergi ke toilet
  4. Pastikan harga diri penderita tetap terjaga dan jauhkan dirinya dari pengganggu
  5. Latihan menggunakan toilet secara efektif bagi penyandang autis

 

Berikut adalah elemen tugas yang dilakukan saat mengajarkan mengguanakan toilet bagi penderita autis :

  1. Berjalan ke toilet/kamar mandi
  2. Buka pintu
  3. Buka celana
  4. Pegang celana dipinggang
  5. Tarik celana dipinggang
  6. Duduk diatas toilet
  7. BAB
  8. Ambil selembar tisu atau air
  9. Lap pantat dengan tisu atau air
  10. Berdiri
  11. Buang tisu/siram toilet
  12. Tarik celana kepaha
  13. Tarik ke pinggang
  14. Siram toilet
  15. Pergi ke wastafel dan bersihkan tangan menggunakan sabun
  16. Lalu keringkan tangan dengan handuk.

 

Berikut saya akan menyebutkan gejala-gejala yang disebut dokter “manifestasi klinis”, dapat menunjukan apakan seorang anak dengan ASD menderita masalah Gastrointestinal atau tidak. Tanda-tanda ini harus ditanggapi dengan serius, sebagai berikut :

  1. Diare
  2. Sembelit
  3. Berselang-seling antara diare-sembelit
  4. Perut kembung
  5. Fases berbau busuk/menusuk
  6. Fases mengandung makana yang tidak terserna
  7. Fases kasar
  8. Malakukan BAB/BAK dalam posisi yang tidak biasa
  9. Melakukan posisi-posisi yang tidak biasa saaat terjaga
  10. Selalu berteriak
  11. Tangan kebawah celana
  12. Mencengkeram perut
  13. Tidak dapat menahan BAK
  14. Sering BAB dicelana/popok
  15. Perut membuncit
  16. Tubuhnya lebih kecil dari anak seusianya
  17. Lebih kurus dari anak seusianya
  18. Lendir pada fases/celana
  19. Darah pada fases/celana
  20. Jarang BAB
  21. Lubang toilet tersumbat fases
  22. Fases seperti kotoran kelinci
  23. Fases berbentukpanjang dan berserabut
  24. Fases tidak berbentuk
  25. Perilaku sebelum melakukan BAB/BAK
  26. Perilaku terlihat membaik setelah BAB/BAK.

 

Cukup sekian pembahasan dari saya, semoga bermanfaat bagi yang membacanya … terima kasiihh ….

 

 

Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme

Kessick Rosemary. Autisme & masalah pada sistem pencernaan. Jakarta: PT Gramedia. 2011.

Prinsip Kesuksesan

Believe and Achieve

W. Clement Stone

                      Pada kali ini saya akan membahas tentang prinsi-prinsip kesuksesan yang diterapkan oleh para tokoh yang sukses di dunia, muali dari Andrew Carnegie, Henry Ford, Tom Monaghan, Mary Kay Ash, Larry King sampai Steve jobd untuk mencapai keberhasilan mereka. Apapun yang anda yakini dan anda inginkan dalam kehidupan anda, anda pasti akan bisa mencapainya dengan niat dan usaha untuk bisa mewujudkan semua cita-cita yang anda inginkan. Dengan sedikit atau bahkan banyak menguras keringat  dan berusaha dengan keras untuk mencapainya.

Pada kesempatan kali ini saya akan sedikit membahas prinsip apa saja yang para tokoh lakukan dalam mencapai apa yang mereka inginkan dan mereka impikan.

1.   Keajaiban motivasi

Setiap orang mempunyai kemampuan untuk sukses jiak ia bersedia melakuakn upaya. Ia harus termotivasi untuk melakukan pekerjaan guna meraih cita-cita. Motivasi disini adalah segala sesuatu yang mendorong diambilnya tindakan atau menentukan pilihan. Motivasi ini bisa berupa emosi, kebiasaan, hasrat, atau ide yang menggerakan anda untuk mengejar hasil tertentu. Belajarlah memotivasi diri anda dan buatlah orang lain menjadi motivasi anda dalam mencapai kesuksesan. Anda  dapat mengembangkan kemampuan anda sepenuhnya jika anda termotivasi untuk membayar harganya.

2.    Prinsip sikap membantu keberhasilan anda

Ukura kesuksesan yang anda raih dalam kehidupan apapun bentuknya akan dipengaruhi oleh sikap anda ketimbang faktor lain. Sikap yang tepat adalah sikap yang merasa diri anda mampu untuk meraihnya, sehingga anda dapat lebih keras bersedia dan berusaha untuk meraihnya. Prinsip sikap disini mencakup sikap mental positif, bekerja ekstra, dan belajar dari kegagalan dan kekalahan.

3.    Gantik an negatifitas dengan optimisme

Untuk menetralkan semua hal negatif disekeliling kita, penting bagi anda untuk mempertahankan ego yang kuat, keyakinan pada diri dan kemampuan, serta keyakinan bahwa anda akhirnya akan menang dan berhasil. Kendalikan emosi anda, anda harus melakukan upaya konsentrasi pada satu tujuan anda.

4.      Percaya dan berhasil

Setiap masalha dapat dipecahkan dan setiap rintangan dapat diatasi jika anda menanganinya dengan keyakinan, kecerdasan, kegigihan, serta mental positif. Kembangkan kebiasaan berfikir dan bertindak dengan tepat.jiak menyesali tugas yang sulit, anda menggantikan rasa percaya diri dengan keraguan diri dan memastikan sugesti akan kegagalan. Sebaliknya apabila anda yakin akan berhasil makan hasil yang dicpai akan menghasilkan keberhasilan.

5.      Pentingnya kepastian tujuan

Oranng yang suksesmempunyai tujuan pasti dalam hidupnya, akan tetapi para pecundang tidak akan pernah berhasil dalam hidupnya. Jabarkan tujuan anda dan wujudkan dengan cara :

  1. Menetapkan jadwal kapan cita-cita tersebut tercapai
  2. Bersikap gigih
  3. Menceritakab cita-cita kepada semua orang yang dekat dengan anda
  4. Memastikan cita-cita anda realistis

Hal tersebut dilakukan oleh seorang Curtis L.Carlson, ketua CEO Carlson Comapnies, ia menuliskan cita-citanya pada secarik kertas serta mebawanya kemana-mana sampai cita-citanya tercapai, ketika cita-cita yang satu tercapai ia menuliskan kembali cita-citanya yang baru, ini membuat ia berusaha untuk mencapainya sampai berhasil.

6.   Belajar dari kekalahan

Setiap orang pasti pernah mengalami kekalahan atau kegagalan. Orang yang sukses menyadari kegagalan hanya bersifat sementara dan tidak membiarkan kegagalahn tersebut menjadi  duri dalam mencapai suatu kesuksesan akan tetapi menjadi acuan dan cambuk untuk berusaha lebih keras dalam mencapai apa yang dicita-citakan.

7.  Pemimpin sebagai pelatih dan guru

Ketika anda mengambil inisiatif dalam situasi apapun, anda menjelma dari seorang pengikut menjadi seorng pemimpin.

8.   Tunjukan ciri kepribadian yang positif

Agar disukai, anda harus menjadikan diri anda mudah disukai. Kepribadian anda mencerminkan karakter asli anda, jadi pastikan anda dipahami dengan baik. Tunjukan ciri kepribadian yang positif. Buat kesan pertama yang kuat, dengan keyakinan bahwa anda akan diperlukan sebagaimanan yanganda harapkan.

9.   Kelola waktu dan uang dengan benar

Keberhasilan atau kegagalan anda mengelola waktu dan uang akan membantu menentukan perasaan anda tentang diri anda sendiri. Saat anda efisien dalam mengatur waktu, pencapaian anda akan meningkat. Anda akan belajar membuat prioritas, berfokus pada tugas penting, dan menghilangkan kebiasaan menunda. Pengelolaan uang secara cermat akan membebaskan anda dari kecemasan terus-menerus terhadap tagihan, dan sebaliknya memberi anda rasa aman untuk meraih cita-cita.\

10.  Lawan stres

Sikap mental positif adalah fondasi kesehatan mental yang baik, tapi rasa takut dan gelisah yang merupakan komponen stres. Belajarlah menyeimbangkan stres dalam kehidupan untuk meminumalkan stres negatif. Hindari berfikir “ seandainya saja “. Begitu anda membuat keputusan, jalankan dengan teguh dan lanjutkan langkah anda, jangan cemaskna hal-hal yang tak dapat anda kendalikan.

 

 

 

 

Anda  dapat mengembangkan kemampuan anda sepenuhnya jika anda termotivasi untuk membayar harganya. Menghilangkan rasa puas diri adalah bagian dari harga kesuksesan. Setiap kesulitan membawa benih kesempatan yang sepadan atau lebih besar bagi merekka yang memiliki sikap mental positif dan menerapkannya, siapapun anda sekarang atau dulu anda memiliki keinkan dan umumnya anda akan memperoleh kekuatan potensial untuk menjadi siapa yang anda inginkan.ketahuilah apa yang anda inginkan dan umunya anda akan memperolehnya. Rintangan yang kita hadapi bisa kita ubah menjadi batu pijakan untuk mencapai cita-cita yang layak, kecuali rintangan dianggap sebagai hambatan dan dipakai sebagai alasan. Kita dapat menerjemanhkan pikiran tentang kemiskinan dan kegagalan menjadi realitas dengan sama cepatnya seperti pikiran tentang kekayaan dan kesuksesan, jadilan orang yang dapat diandalkan siap sedia membantu orang lain maju maka dapat dipastikan anda akan menjadi bebas secara finansial.

 

“ …. pencapaian besar adalah hasil upaya gigih yanng dimulai dengan hasrat untuk mencapai tujuan pasti.”  W.Clement Stone….

 

 

Sumber : Stone Clement W. Believe and Achieve ( 17 prinsip kesuksesan ). Jakarta:  PT. Gramedia, 2012.

konsep sehat serta perkembangan kepribadian dan apa itu kepribadian sehat

Sejarah perkembangan kesehatan mental
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini disebabkan karena kesehatan mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan dapat terlihat dengan mudah. Orang yang mengalamu gangguan mental seringkali tidak terditeksi, sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri. Hal ini karena sehari-hari hidup bersama sehingga perilaku yang dilakukan individu yang mengalami gangguan dianggap sebagai hal yang biasa, bukan sebagai gangguan. Berikuit ini perkembangan kesehatan mental dari tahun ke tahun :
a. Gangguan mental tidak dianggap sebagai sakit
• ( tahun 1600 dan sebelumnya )
Dukun asli Amerika ( Indian ), sering juga disebut sebagai “penyembuh” orang yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan supranatural dan menjalani ritual. Pandangan masyarakat menganggap orang yang mengalTamu gangguan mental adalah karena dimasuki oleh roh-roh yang ada disekitar.
• Tahun 1692
Sejarah kesehatan mental di Eropa, khususnya inggris agak sedikit berbeda sebelum abad ke 17 orang gila disamakan dengan penjahat atau kriminal, sehingga mereka dimasukan kedalam penjara
John Locke ( 1690 ) dalam tulisannya yang berjudul An Essay Concerning Understanding , menyatakan bahwa terdapat derajat kegilaan dalam diri setiap orang yang disebabkan oleh emosi yang memaksa orang untuk memunculkan ide-ide yang salah atau tidak masuk akal secara terus-menerus. Kegilaan adalah ketidakmampuan akal untuk mengeluarkan gagasan yang berhubungan dengan pengalaman secara tepat.
b. Gangguan mental dianggap sebagai sakit
• Tahun 1724
Pendeta Cotton Mather ( 1663-1728 ) memathakan yang hidup dimasyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri.
• Tahun 1812
Benjamin Rush ( 1745-1813 ) menjadi salah satu pengacara mula-mula yang menangani masalah penanganan secara menusiawi untuk penyakit mental dengan publikasinya yang berjudul Medical Inquiries and Observations Upon Disease of the Mind . ini merupakan buku teks psikiatri Amerika pertama.

• Tahun 1843
Kurang lebih terdapat 24 rumah sakit, tapi hanya ada 2.561 terpat tidur yang tresedia untuk menangani penyakit mental di Amerika Serikat.
• Tahun 1908
Clifford Beers ( 1876-1943 ) menderita manis depresi pada tahun 1900. Dia merupakan lulusan Yale dan seorang bisnisman. Dia menjadi subjek penanganan yang tidak menusiawi dan mengalami siksaan fisik dan mental oleh orang yang tidak memiliki pengalaman dan tidak terlatih dirumah sakit. Penangan yang tidak manusiawi yang dia terima mencetuskan keberanian untuk mempebarui penangan untuk penderita sakit mental di Amerika Serikat. Pada tahun 1908 dia menulis buku berjudul A mind Found itself. Yang menggerakan penanganan penderita sakit mental menjadi lebih baik lagi. Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.

• Tahun 1909
Sigmund Freud mengunjungi Amerika dan mengajar psikoanalisa di Universitas Clark di Worcenter, Massachusetts.
• Tahun 1910
Emill Kreaplin pertama kali menggambarkan penyakit Alzheimer.
• Tahun 1920-an
Komite nasional untuk mental Higiene menghasilkan satu set model undangan-undang komite yang dimsukan kedalam aturan pada beberapa negara bagian.kimite juga membantu penelitian-penelitian yang bberpengaruh pada kesehatan mental, penyakit mental dan tratmen yang membawa perubahan nyata pada sistem perwatan kesehatan mental.
• Tahun 1950
• Dibentuk Ntional Association of Mental Health ( NAMH ) yang merupakan marger dari 3 organisasi yaitu Ntional Committe for Mental Hygiene, National Mental Health Foundation, dan Psychiatric Foundation. Lembaga ini melanjtkan misi Beers dengan lebih jelas.
• Tahun 1960-an
Obat-obat antipsikotik konventional, seperti haroperidol digunakan pertama kali digunakan untuk mengntrol simtom-simtom yang positif ( nyata ) pada penderita psikosis, yang memberikan ukuran yang nyata dan penting karena membuat pasien tenang.

c. Gangguan mental dianggap sebagai bukan sakit
• Tahun 1961
Thomas Szasz membuat tulisan yang berjudul The Myth og Mental Illness, yang mengemukakan dasar teori yang menyatakan bahwa “ sakit mental” sebenarnya tidaklah benar-benar “sakit”, tetapu merupakan tindakan orang yang secara mental tertekan karena harus bereaksi terhadap lingkungan .
• Tahun 1962
Ada 422.000 orang yang tinggal di rumah sakit untuk perawatab psikiatris di Amerika Serikat.
• Tahun 1970
Mulainya deinstitusionalisasi massal.
• Tahun 1979
NAMH menjadi the National Mental health Association ( NMHA )
• Tahun 1980
Munculnya perawatan yang terencana, yaitu dengan opnbme dirumah sakit dalam jangka waktu yang pendek dan treatmen masyarakat menjadi standar bagi perawatan penyakit mental.

d. Melawan diskriminasi terhadap gangguan mental
MNHA memainkan peran penting dalam memunculkan Disabilities Act, yang melindungi warga Amerika yang secara mental dan fisik disable dari diskriminasi. Setelah itu tahun 1994 obat antipsikotik atipikal yang pertama diperkenalkan. Tahun 1997 peneliti menemukan kaitan genetik pada gangguan bipolar yang menunjukaan bahwa penyakit ini diturunkan.

Konsep kesehatan itu apaa yaaaa serta apa saja dimensinya ?????
Memahami konsep kesehatan itu tidak pernah dapat dilepaskan dari pengaruh sejarah dan kemajuan kebudayaan. Sepanjang sejarah yang telah ada makna sehat dan sakit itu dipengaruhi oleh peradaban. Selain itu juga treatment yang dilakukan sesuai dengan pemahaman terhadap kesehatan itu sendiri.
Budaya barat dan timur juga ternyata berbeda, memiliki perbedaan yang mendasar mengenai konsep sehat-sakit, sehingga perbedaan ini kemudian mempengaruhi sistem pengobatan di kedua kebudayaan tersebut. Akibatnya pandangan mengenai kesehatan mental juga berbeda. Namun sesuai dengan kemajuan teknologi dari waktu ke waktu yang semakin berkembang menemukan berbagai cara penanganan kesehatan yang mencoba mengintegrasikan sistem pengobatan antara kedua kebudayaan ini.
1. Pengetian kesehatan
Memahami pengertian health, yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia sebagai “kesehatan” ( Echols & Shadily, 1981 ) pengertian sehat atau kesehatan menurut dokter mungkin sedikit banyak akan berbeda dengan perawat, fisioterapis, apoteker, atau tenaga paramedis lainnya, meskipun mereka sama berada pada bidang kesehatan. Namun, berbagai macam golongan oranga ataupun para mahasiswa psikologi pada umumnya mendefinisikan sehat itu lebih berfokus pada masalah fisik.
Freud ( 1991 ) dengan mengutip the international dictionary of medicine and biology, mendefinisikan sehat itu sebagai “suatu kondisi yang dalam keadan baik dari suatu organisme atau bagiannya, yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit” , dan dapat disimpulkan bahwa kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit sebagai slah satu ciri kalau organisme tersebut sehat. Sekali lagi, bahwa pemahaman disini bahwa sehat itu umumnya masih berfokus pada masalah fisik dan bertitik tolak pada ada atau tidaknya penyakit. Membicarakan kesehatan tidak lengkap tanpa membahas penyakit kerena keduanya merupakan dua sisi dari keping mata uang yang sama.
Pengertian mengenai kesehatan biasanya dimengerti sebagai yang bersifat fisik dan kurang memperhatikan ke hal yang bersifat mentalbisa dipahami karena hal-hal fisik lebih dapat diamati dan sesuai dengan realitas dibanding dengan yang bersifat psikis.

2. Pengaruh budaya terhadap konsep kesehatan
Penegrtian kesehatan menurut WHO , WHO mendefinisikan kesehatan sebagai “…keadaan (status ) sehat utuh secara fisik, mental ( rohani ) dan sosial, dan buykan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan…..” (Smet, 1994 ).
Sebagai perbandingan, bidang psikologi ( kepribadian ) sekarang ini mengembangkan pandangan yang baru mengenai apa yang disebut sebagai “ keprbadian yang sehat “. Pandangan ini berbeda dengan pandangan psikologi yang tradisionalis ( misal psikoanalisa atau behaviorisme ), dalam memandang kodrat manusia. Pada psikologi tradisional, konsep tentang sehat itu lebih kepada apakah orang tersebut tidak ada gangguan ( kepribadian )tertentu. Dengan kata lain apakah orang tersebut kepribadiannya nyata-nyata berbeda atau tidak pada umumnya. Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah “keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan” Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Ciri-ciri Tingkah Laku Sehat atau Normal
Menggambarkan seseorang beetingkah laku normal atau sehat biasanya relatif agak sulkit dibanding tingkah laku yang tidak normal. Ini disebabkan karena tingkah laku yang normal seringkali kurang mendapatkan perhatian karena tingkah laku tersebut dianggap wajar, berbeda dengan tingkah laku yang abnormal yang lebih banyak mendapatkan perhatian yang lebih.
Adapun ciri-ciri individu yang normal atau sehat ( Warga, 1983 ) pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Bertingkah laku sesuai dengan norma-norma sosial yang diakui
2. Mampu mengelola emosi
3. Mampu mengaktualkan potensi-potensi yanng dimiliki
4. Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial
5. Dapat mengenali risiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan menurut tingkah laku
6. Mampu menunda keinginan sesaat mencapai tujuan jangka panjang
7. Mampu belajar pengalaman
8. Biasanya gembira
Harber dan Runyon ( 1984 ). Menyebutkan senjumlah ciri individu yang beertingkah laku normal, sebagai berikut :
1. Sikap terhadap diri sendiri
2. Persepsi terhadap relaita
3. Integrasi
4. Komptensi
5. Otonomi
6. Pertumbuhan dan aktuallisasi
7. Relasi interpersonal
8. Tujuan hidup

Bagaimana pribadi seseorang dapat berkembang ????
Jika pertanyaan seperti itu ditanyakan kepada kita secara logika kita menjawab dengan mudah karena kita adalah manusia, dan manusia adalah makhluk hidup yang selalu berkebang baik secara moral, fisik, dan kepribadian. Akan tetapi jika kita bahas lebih dalam tentang perkembangan manusia kita dapat sedikit menjelaskan dari teori perkembangan dari Ericson.
Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis. Gambaran dari perkembangan cermin mengenai ide dalam setiap tahap lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini sangat dominan dan karena itu muncul , dan akan selalu terjadi pada setiap tahap perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa, secara keseluruhan akan adanya fungsi/kegunaan kepribadian dari setiap tahap itu sendiri. Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang sangat vital dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan perkembangan antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam sebuah sikap yang mudah sekali terkena serangan berdasarkan fungsi dari ego pada setiap tahap.
Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :
Kedelapan tahapan perkembangan kepribadian dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
Developmental Stage Basic Components
Infancy (0-1 thn)
Early childhood (1-3 thn)
Preschool age (4-5 thn)
School age (6-11 thn)
Adolescence (12-10 thn)
Young adulthood ( 21-40 thn)
Adulthood (41-65 thn)
Senescence (+65 thn) Trust vs Mistrust
Autonomy vs Shame, Doubt
Initiative vs Guilt
Industry vs Inferiority
Identity vs Identity Confusion
Intimacy vs Isolation
Generativity vs Stagnation
Ego Integrity vs Despair
1. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. Kepercayaan ini akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis pada bayi terpuaskan, misalnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang kotoron (eliminsi) dengan sepuasnya. Oleh sebab itu, pada tahap ini ibu memiliki peranan yang secara kwalitatif sangat menentukan perkembangan kepribadian anaknya yang masih kecil. Apabila seorang ibu bisa memberikan rasa hangat dan dekat, konsistensi dan kontinuitas kepada bayi mereka, maka bayi itu akan mengembangkan perasaan dengan menganggap dunia khususnya dunia sosial sebagai suatu tempat yang aman untuk didiami, bahwa orang-orang yang ada didalamnya dapat dipercaya dan saling menyayangi. Kepuasaan yang dirasakan oleh seorang bayi terhadap sikap yang diberikan oleh ibunya akan menimbulkan rasa aman, dicintai, dan terlindungi. Melalui pengalaman dengan orang dewasa tersebut bayi belajar untuk mengantungkan diri dan percaya kepada mereka. Hasil dari adanya kepercayaan berupa kemampuan mempercayai lingkungan dan dirinya serta juga mempercayai kapasitas tubuhnya dalam berespon secara tepat terhadap lingkungannya.
Sebaliknya, jika seorang ibu tidak dapat memberikan kepuasan kepada bayinya, dan tidak dapat memberikan rasa hangat dan nyaman atau jika ada hal-hal lain yang membuat ibunya berpaling dari kebutuhan-kebutuhannya demi memenuhi keinginan mereka sendiri, maka bayi akan lebih mengembangkan rasa tidak percaya, dan dia akan selalu curiga kepada orang lain.
2. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya. Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun, sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah, maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu.
3. Inisiatif vs Kesalahan
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru juga merasa memiliki tujuan. Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata, sehingga pada usia ini orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Akan tetapi, semuanya akan terbalik apabila tujuan dari anak pada masa genital ini mengalami hambatan karena dapat mengembangkan suatu sifat yang berdampak kurang baik bagi dirinya yaitu merasa berdosa dan pada klimaksnya mereka seringkali akan merasa bersalah atau malah akan mengembangkan sikap menyalahkan diri sendiri atas apa yang mereka rasakan dan lakukan.
4. Kerajinan vs Inferioritas
Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada tingkatan ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya, dan lain sebagainya.
5. Identitas vs Kekacauan Identitas
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota. Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat. Lingkungan dalam tahap ini semakin luas tidak hanya berada dalam area keluarga, sekolah namun dengan masyarakat yang ada dalam lingkungannya. Masa pubertas terjadi pada tahap ini, kalau pada tahap sebelumnya seseorang dapat menapakinya dengan baik maka segenap identifikasi di masa kanak-kanak diintrogasikan dengan peranan sosial secara aku, sehingga pada tahap ini mereka sudah dapat melihat dan mengembangkan suatu sikap yang baik dalam segi kecocokan antara isi dan dirinya bagi orang lain, selain itu juga anak pada jenjang ini dapat merasakan bahwa mereka sudah menjadi bagian dalam kehidupan orang lain.

6. Keintiman vs Isolasi
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya. Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Periode diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut dengan istilah pacaran guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan orang lain. Di mana muatan pemahaman dalam kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan tumbuh sifat merasa terisolasi.
7. Generativitas vs Stagnasi
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli terhadap siapapun.
Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu peduli, sehingga mereka tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi yang ada adalah penolakan, di mana seseorang tidak dapat berperan secara baik dalam lingkungan kehidupannya akibat dari semua itu kehadirannya ditengah-tengah area kehiduannya kurang mendapat sambutan yang baik.Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan antara generativitas dan stagnansi guna mendapatkan nilai positif yang dapat dipetik yaitu kepedulian.
8. Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya
Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan. Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna. Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam diri orang yang berada pada tahap paling tinggi dalam teori Erikson terdapat integritas yang memiliki arti tersendiri yakni menerima hidup dan oleh karena itu juga berarti menerima akhir dari hidup itu sendiri. Namun, sikap ini akan bertolak belakang jika didalam diri mereka tidak terdapat integritas yang mana sikap terhadap datangnya kecemasan akan terlihat. Kecenderungan terjadinya integritas lebih kuat dibandingkan dengan kecemasan dapat menyebabkan maladaptif yang biasa disebut Erikson berandai-andai, sementara mereka tidak mau menghadapi kesulitan dan kenyataan di masa tua. Sebaliknya, jika kecenderungan kecemasan lebih kuat dibandingkan dengan integritas maupun secara malignansi yang disebut dengan sikap menggerutu, yang diartikan Erikson sebagai sikap sumaph serapah dan menyesali kehidupan sendiri. Oleh karena itu, keseimbangan antara integritas dan kecemasan itulah yang ingin dicapai dalam masa usia senja guna memperoleh suatu sikap kebijaksanaan.

Perkembangan kepribadian menurut Freud
Menurut Freud kepribadian tersusun dari 3 sistem pokok, yakni: id, ego, superego. Ketiga sistem ini saling berinteraksi segitu erat satu sama lain sehingga sulit untuk dipisahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku. Jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.
Id
Merupakan sistem kepribadian yang asli, merupakan rahim tempat ego dan superego berkemban. Id berisikan segala sesuatu yanng secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak kita dilahirkan, termasuk insting. Id berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah dari mana id mendapatkan energinya. Freud juga ngatakan bahwaid adalah “ kenyataan psikis yang sebenarnya”. Id tidak bisa menanggulangi ketika tegangan yang berlebihan meningkat dan mengakibatkan tegangan-tegangan yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, apabila tingkat ketegangan organisme meningkat, entah sebagai stimulus dari luar atau rangsangan-rangsangan yang timbul dari dalam, makan id akan bekerja mengembalikan dengan sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan dan mengembalikan organisme pada tingkat energi yang lebih rendah dan konstan dan menyenangkan. Prinsip reduksi tegangan yang merupakan ciri kerja id ini disebut prinsip kenikmatan ( pleasure principle ).
Untuk melaksanakan tugas menghindari rasa akit dan mendapatkan kenikmatan, id memiliki dua proses. Kedua proses tersebut adalah tindakan refleks dan proses primer. Tindakan refleks adalah reaksi-reaksi otomatik dan bawaan seperti bersih dan berkedip. Proses primer menyangkut suatu reaksi psikologis yang sedikit lebih rumit. Ia berusaha menghentikan tegangan dengan memebentuk khayalan tentang objek yang dapat menghilang tegangan tersebut. Misalnya, Sebagai contoh proses primer menyediakan khayalan tentang makanan kepada orang yang sedang lapar.
Proses primer itu sendiri tidak mampu mereduksikan tegangan. Orang yang lapar tidak dapat memakan khayalan tentang makanan. Karena itu, suatu proses psikologis baru atau sekunder berkembang, dan apabila ini terjadi maka struktur sistem kedua kepribadian, yaitu ego, mulai terbentuk.

Ego
Ego muncul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif. Orang yang lapar harus mencari, menemukan dan memakan makananan sampai tegangan karena rasa lapar dapat dihilangkan.ini berrti orang harus dapat membedakan antara gambangan ingatan tentang makan dan persepsi aktual tentang makanan seperti yang ada di dunia luar. Dengan kata lain, orang mencocokan gambaran ingatan tentang makanan dengan penglihatan atau penciuman terhadap makanan yang dialaminya melalui pancaindera.
Ego dikatakan mengikuti prinsip kenyataan , dan beroprasi menurut proses sekunder. Tujuan prinsip kenyataan adalah mencegar terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Untuk sementra waktu, prinsip kenyataan menunda prinsip kenikmatan, walaupun prinsip kenikmatan terpenuhi ketika objek yang dibutuhkan ditemukan dan dengan demikian tegangan direduksikan.
Proses sekunder adalah berpikir realistik. Dengan proses sekunder, ego menyusun untuk memuaskan kebutuhan dan kemudian menguji rencana ini, biasanya memalui suatu tindakan, untuk melihat apakah rencana itu berhasil tidak. Orangn yang lapar mencari dimana dia dapat menemukan makanan kemudian pergi ketempat itu. Ini disebut pengujian terhadap kenyataan ( reality testing ). Untuk melakukan perananannnya secara efisien, ego mengontrol semua fungsi kognitif dan intelektual proses-proses jiwa ini dipakai untuk melayani proses sekunder.
Ego disebut eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol pintu-pintu kearah tindakan, memilih segi-segi lingkungan kemnan ia akan memberikan respon, dan dalam melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif yang sangat penting ini, ego harus bisa berusaha mengintegrasikan tuntutan id, superego, dan dunia luar yang sering bertentangan. Hal ini bukanlah suatu tugas yang mudah dan sering menumbulkan tegangan berat pada ego.

Superego
Superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimanan diterangkan orangtua kepada anak, dan dilaksanakan dengan cara memberinya hadiah-hadiah atau hukuman-hukuman. Superego adalah wewenang moral dari kepribadian. Ia mencerminkan yang ideal dan bukan real, dan memeperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Perhattiannya yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah dengan demukian ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh wakil-wakil masyarakat.
Superego sebagai wasiat tngkah laku yang diinternalisasikan berkembang dengan memberikan respon terhadap hadiah-hadiah dan hukuiman-hukuman yang diberikan orangtua. Untuk memeproleh hadiah-hadiah dan bukan hukuman anak biasanya melakukan sesuai dengan orangtua berikan sesuai dengan alur aturan orangtua.
Fungsi-fungsi pokok superego adalah :
1. Merintangi impils-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresi, karena inilah impuls-impuls yang pernyataannya sangat dikutuk oleh masyarakat.
2. Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan moralistis.
3. Mengajar kesempurnaan.
Perkembangan kepribadian
Kepribadian berkembang sebagai respon terhadap 4 sumber tegangan pokok :
1. Proses-proses pertumbuhan fisiologis
2. Frustasi-frustasi
3. Konflik-konflik
4. Ancaman-ancaman.
Tahap-tahap perkembangan
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1. Sigmund Freud
Sigmund Freud adalah dokter muda dari Wina mengemukaakan gagasan bahawa kesadaran itu hanyalah sebagian kecil saja dari kehidupan mental, sedangkan bagian terbesarnya adalah justru kesadaran atau alam tak sadaryang diibaratkan sebagai gunung es yang terapung dimana bagian yang muncul dipermukaan air (alam sadar) yang lebih kecil daripada bagian yang tenggelam (alam tak sadar). Menurut hukum kelangsungan ,energi bisa berubah dari suatu keadaan atau bentuk kekeadaan yang lainnya tetapi tidak akan hilang dari sistem komik secara keseluruhan , Freud mengajukan gagasannya bahwa energi fisik bisa diubah menjadi energi psikis dan sebaliknya adapun yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah (kepribadian yang paling dasar) dengan naluri naluri.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 3 tahapan yakni tahap infatil (0 – 5 tahun), tahap laten (5 – 12 than) dan tahap genital (> 12 tahun). Tahap infatil yang faling menentukan dalam membentuk kepribadin, terbagi menjadi 3 fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan oleh perkembangan insting seks, yang terkait dengan perkembangan bilogis, sehingga tahp ini disebut juga tahap seksual infatil. Perkembangan insting seks berarti perubahan kateksis seks dan perkembangan bilogis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilh menjadi pusat kepuasan seksul (arogenus) zone). Pemberian nama fase-fase perkembangan infatil sesuai dengan bagian tubuh – daerah erogen – yang menjadi kateksis seksual pada fase itu. Pada tahap laten, impuls seksual mengalami represi, perhatian anak banyak tercurah kepada pengembangan kognitif dan keterampilan. baru sesudah itu, secara bilogis terjadi perkembangan puberts yang membangunkan impuls seksual dari represinya untuk berkembang mencapai kemasakan. Pada umumnya kemasakan kepribadian dapat dicapi pada usia 20 tahun.
1. Fase Oral (usia 0 – 1 tahun)
Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah kepuasan seksual yang dipilih oleh insting seksual. Makan/minum menjadi sumber kenikmatannya. Kenikmatan atau kepuasan diperoleh dari ransangan terhadap bibir-rongga mulut-kerongkongan, tingkah laku menggigit dan menguyah (sesudah gigi tumbuh), serta menelan dan memuntahkan makanan (kalau makanan tidak memuaskan). Kenikmatan yang diperoleh dari aktivitas menyuap/menelan (oral incorforation) dan menggigit (oral agression) dipandang sebagai prototip dari bermacam sifat pada masa yang akan datang. Kepuasan yang berlebihan pada masa oral akan membentuk oran incorporation personality pada masa dewasa, yakni orang menjadi senang/fiksasi mengumpulkan pengetahuan atau mengumpulkan harta benda, atau gampang ditipu (mudah menelan perkataan orang lain0. Sebaliknya, ketidakpuasan pada fase oral, sesudah dwasa orang menjadi tidak pernah puas, tamak (memakan apa saja) dalam mengumpulkan harta. Oral agression personality ditandai oleh kesenangan berdebat dan sikap sarkatik, bersumber dari sikap protes bayi (menggigit) terhadap perlakuan ibunya dalam menyusui. Mulut sebagai daerah erogen, terbawa sampai dewasa dalam bentuk yang lebih bervariasi, mulai dari menguyah permen karet, menggigit pensil, senang makan, menisap rokok, menggunjing orang lain, sampai berkata-kata kotor/sarkastik. Tahap ini secara khusus ditandai oleh berkembangnya perasaan ketergantungan, mendapat perindungan dari orang lain, khususnya ibu.
2. Fase Anal (usia 1 – 3 tahun)
Pada fase ini dubur merupakan daerah pokok aktivitas dinamik, kateksis dan anti kateksis berpusat pada fungsi eliminer (pembuangankotoran). Mengeluarkan faces menghilangkan perasaan tekanan yang tidak menyenangkan dari akumulasi sisa makanan. Di tahap ini juga anak belajar untuk buang air kecil atau besar sendiri yang disebut dengan “toilet training” Freud yakin toilet training adalah bentuk mulai dari belajar memuaskan id dan superego sekaligus, kebutuhan id dalam bentuk kenikmatan sesudah defakasi dan kebutuhan superego dalam bentuk hambatan sosial atau tuntutan sosial untuk mengontrol kebutuhan defakasi. Semua hambatan bentuk kontrol diri (self control) dan penguasaan diri (self mastery).
Berasal dari fase anal, dampak toilet training terhadap kepribadian di masa depan tergantung kepada sikap dan metode orang tua dalam melatih. Misalnya, jika ibu terlalu keras, anak akan menahan facesnya dan mengalami sembelit. sebaliknya ibu yang membiarkan anak tanpa toilet training, akan membuat anak bebas melampiaskan tegangannya dengan mengelurkan kotoran di tempat dan waktu yang tidak tepat, yang di masa mendatang muncul sebagai sifat ketidakteraturan/jorok, deskruktif, semaunya sendiri, atau kekerasa/kekejaman (anal exspulsiveness personality). Apabila ibu bersifat membimbing dengan kasih sayang (dan pujian kalau anak defakasi secara teratur), anak mendapat pengertian bahwa mengeluarkan faces adalah aktivitas yang penting, prototif dari, sifat kreatif dan produktif.
3. Fase Fhaliq (usia 3 – 5/6 tahun)
Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting. Mastrubasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai perganian kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration anxiey (pada laki-laki) dan penis envy (pada perempuan).
Odipus kompleks adalah kateksis obyek kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya; sebaliknya anak perempuan ingin memilki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.
Pada mulanya, anak (laki dan perempuan) sama-sama mencintai ibuny yang telah memenuhi kebutuhan mereka dan memandang ayah sebagai saingan dalam merebut kasih sayang ibu. Pada anak laki-laki, persaingan dengan ayah berakibat anak cemas kalau-kalau ayah memakai kekuasaannya untuk memenangkan persaingan merebut ibunya. Dia cemas penisnya akan dipotong oleh ayahnya. Gejala ini disebut cemas dikebiri atau castrationanxiety. Kecemasan inilah yang kemudian mendorong laki-laki mengidentifikasi iri dengan ayahnya. Identifikasi ini mempunyai beberpa manfaat :
1. anak secara tidak langsung memperoleh kepuasan impuls seksual kepada ibunya, seperti kepuasan ayahnya.
2. perasaan erotik kepada ibu 9yang berbahaya) diubah menjadi sikap menurut/sayang kepada ibu.
3. identifikasi kemudian menjadi sarana tepenting untuk mengembangkan superego adalah warisan dari oedipus complex.
4. identifikasi menjadi ritual akhir dari odipus kompleks, yang sesudah itu ditekan(repressed) ke ketidaksadaran.
Pada anak perempuan, rasa sayang kepada ibu segera berubah menjadi kecewa dan benci sesudah mengetahui kelaminnya berbeda dengan anak laki-laki. Ibuya dianggap bertanggung jawab tergadap kastrasi kela innya, sehingga anak perempuan itu mentransfer cintanya kepada ayahnya yang memiliki organ berharga (yang juga ingin dimilikinya). Tetapi perasaan cinta itu bercampur dengan perasan iri penis (penis elvy) baik kepada ayah maupun kepada laki-laki secara umum. Tidak seperti pada laki-laki, odipuskompleks pada wanita tidak direpres, cinta kepada ayah tetap menetap walaupun mengalami modifikasi karena hambatan realistik pemuasan seksual itu sendiri. Perbedaan hakekat odipus kompleks pada laki-laki dan wanita ini (disebut oleh pakar psikoanalisis pengikut freud : electra complex) merupakan dasar dari perbedaan psikologik di antara pria dan wanita. Electra complex menjadi reda ketika gadis menyerah tidak lagi mengembangkan seksual kepad ayahnya, dan mengidentifikasikan diri kembali kepada ibunya. Proses peredaan ini berjalan lebih lambat dibanding pada anak laki-laki dan juga kurang total atau sempurna.
4. Fase Laten (usia 5/6 – 12/13 tahun)
Dari usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mngalami periode perbedaan impuls seksual, disebut periode laten. Menurut Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi fase laten lebih sebagai fenomena biologis, alih-lih bgian dari perkembangan psikoseksual. Pada fase laten ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasanlibido dengan kepuasan nonseksual, khususnya bidang intelektual, atletik, keterampilan dan hubungan teman sebaya. Fase laten juga ditandai dengan percepatan pembentukan super ego; orang tua bekerjasama dengan anak berusaha merepres impuls seks agar enerji dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk sublimasi dan pembentukan superego. Anak menadi lebih mudah mmpelajari sesuatu dibandingkan dengan masa sebelum da sesudahnya (masa pubertas )
5. Fase Genikal (usia 12/13 – dewasa)
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem endoktrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll) dan pertumbuhan tandasesual primer. Impuls pregenital bangun kembali dan membawa aktivitas dinamis yang harus diadaptasi, untuk mencapai perkembangan kepribadian yang stabl. Pada fase falis, kateksis genital mempunyai sifat narkistik; individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada fase genital, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek di luar, seperti; berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga. Terjadi perubahan dari anak yang narkistik menjadi dewasa yang berorientasi sosial, realistik dan altruistik.
Fase genital berlanjut sampai orang tutup usia, dimana puncak perkembangan seksual dicapai ketika orang dewasa mengalami kemasakan kepibadian. Ini ditandai dengan kemasaka tanggung jawab seksual sekaligus tanggung jawab sosial, mengalami kepuasan melalui hubungan cinta heteroseksual tanpa diikuti dengan perasaan berdosa atau perasaan bersalah. Pemasan impuls libido melalui hubungan seksual memungkinkan kontrol fisiologis terhadap impuls genital itu; sehinggaakan membebaskan begitu banyak enerji psikis yang semula dipakai untuk mengontrol libido, merepres perasaan berdosa, dan dipakai dalam konflik antara id-ego-superego dalam menagani libido itu. Enerji itulah yang kemudian dipakai untuk aktif menangani masalah-masalah kehidupan dewasa; belajar bekerja, menunda kepuasan, menjadi lebih bertanggung jawab. Penyaluran kebutuhan insting ke obyek di luar yang altruistik itu telah menjadi cukup stabil, dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan melakukan pemindahan-pemindahan,sublimasi-sublimasi dan identifikasi-identifikasi.

Apa itu kepribadian sehat ????
Tentu saja kita akan memikirkan bahwa kepribadian sehat itu sebagai kepribadian yang sudah dewasa atau kepribadian yang sudah matang atau yanng lebih jelasnya kepribadian yang normal dan waras … akan tetapi kepribadian sehat disini akan jauh lebih luas pengertiannya dibandingkan dari apa yang sebelumnya kita pikirkan. Individu digambarkan sebagai suatu organisme yang disusun dengan baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, dan kreatifitas. Freud mempelajari manusia dari psikoanalisa bkan dari pribadi yang sehat melainkan mencari dan meneliti kepribadian yang terganggu secara emosional. Yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik. Pendukung-pendukung gerakan potensi manusai mengemukakan bahwa ada suatu tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sangat diperlukan yanng melampaui “normalitas” dan mereka mengemukakan bahwa manusia perlu memperjuangkan tingkat pertumbuhan yang lebih maju supaya merealisasikan atau mengaktualisasikan semua potensinya.
Bebrapa ahli teori mengemukakan bahwa persepsi kita tentang diri kita dan dunia sekitar dunia kita harus objektif. Bebrapa ahli mengemukakan bahwa kita tidak dapat menjadi sehat secara psikologis tanpa sungguh-sungguh melibatkan diri dalam suatu bentuk pekerjaan. Satu-satunya hal dimana mereka benar-benar sependapat ialah orang-orang yang sehat secara psikologis mengontrol kehidupan mereka secara sadar. Walaupun tidak secara rasional, orang-orang yang sehat mampu secara sadar mengatur tingkah laku mereka dan bertanggung jawab terhadap nasib mereka sendiri. Orang-orang yang sehat secara psikologis mengetahui meraka siap dan apa itu mereka, orang-orang yang sehta mengetahu apa saja kelemahan dan kekuatan yang mereka miliki dan umumnya mereka sadar dan menerima terhadap hal-hal tersebut. Orang-orang yang sehat secara psikologis tidak hidup pada dalam masa lampau, dan terus berusaha maju kedepan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang-orang yang sehat secara psikologis tidak merindukan ketenangan dan kestabilan . akan tetapi merindukan tantangan dan kegembiraan dalam kehidupan, tujuan-tujuan baru dan pengalaman-pengalaman baru.
Ini tetapi tidak menjawab pertanyaan “ apa itu nkepribadian sehat ??” tetapi mungkin pertanyyan ini menyesatkan untuk dijawab karena akan banyak pendapat yang berbeda-beda tentunya. Mungkin tidak akan akan kepribadian yang sedemikian sehat, tidak ada petunjuk untuk kesehatan psikologis yang berlaku sama untuk setiap orang. Setiap orang berbeda-beda kepribadiannya, apa sebabnya kita dianggap sama dalam bentuk manusia tetap pada kodratnya manusia adalah makhluk yang unik.

Sumber :
Moeljono Notosoedirdjo, Kesehatan Mental; Konsep dan Penerapan, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002, hal. 14.
Hasan Langgulung, Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986
M.Si., S.Psi., Siswanto, kesehatan mental; konsep kecakupan dan perkembangannya. Andi.
Duane Schultz, Psikologi Pertumbuhan; model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanusius, 2008.
Papalia, E Diane. Olds, Wendkos Sally. Feldman, Duskinj Ruth. Human Development. Jakarta: salemba humanika, 2009.
Hall, S calvin, and Lindzey Gardener. Teori-Teori Psokodiagnostik ( klinis ). Yogyakarta: kanisius, 2004.

sejarah perkembangan kesehatan mental serta konsep sehat dan dimensinya

Sejarah perkembangan kesehatan mental

              Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini disebabkan karena kesehatan mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan dapat terlihat dengan mudah. Orang yang mengalamu gangguan mental seringkali tidak terditeksi, sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri. Hal ini karena sehari-hari hidup bersama sehingga perilaku yang dilakukan individu yang mengalami gangguan dianggap sebagai hal yang biasa, bukan sebagai gangguan. Berikuit ini perkembangan kesehatan mental dari tahun ke tahun :

a. Gangguan mental tidak dianggap sebagai sakit
• ( tahun 1600 dan sebelumnya )
Dukun asli Amerika ( Indian ), sering juga disebut sebagai “penyembuh” orang yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan supranatural dan menjalani ritual. Pandangan masyarakat menganggap orang yang mengalTamu gangguan mental adalah karena dimasuki oleh roh-roh yang ada disekitar.

• Tahun 1692
Sejarah kesehatan mental di Eropa, khususnya inggris agak sedikit berbeda sebelum abad ke 17 orang gila disamakan dengan penjahat atau kriminal, sehingga mereka dimasukan kedalam penjara
John Locke ( 1690 ) dalam tulisannya yang berjudul An Essay Concerning Understanding , menyatakan bahwa terdapat derajat kegilaan dalam diri setiap orang yang disebabkan oleh emosi yang memaksa orang untuk memunculkan ide-ide yang salah atau tidak masuk akal secara terus-menerus. Kegilaan adalah ketidakmampuan akal untuk mengeluarkan gagasan yang berhubungan dengan pengalaman secara tepat.

b. Gangguan mental dianggap sebagai sakit
• Tahun 1724
Pendeta Cotton Mather ( 1663-1728 ) memathakan yang hidup dimasyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri.

• Tahun 1812
Benjamin Rush ( 1745-1813 ) menjadi salah satu pengacara mula-mula yang menangani masalah penanganan secara menusiawi untuk penyakit mental dengan publikasinya yang berjudul Medical Inquiries and Observations Upon Disease of the Mind . ini merupakan buku teks psikiatri Amerika pertama.

• Tahun 1843
Kurang lebih terdapat 24 rumah sakit, tapi hanya ada 2.561 terpat tidur yang tresedia untuk menangani penyakit mental di Amerika Serikat.

• Tahun 1908
Clifford Beers ( 1876-1943 ) menderita manis depresi pada tahun 1900. Dia merupakan lulusan Yale dan seorang bisnisman. Dia menjadi subjek penanganan yang tidak menusiawi dan mengalami siksaan fisik dan mental oleh orang yang tidak memiliki pengalaman dan tidak terlatih dirumah sakit. Penangan yang tidak manusiawi yang dia terima mencetuskan keberanian untuk mempebarui penangan untuk penderita sakit mental di Amerika Serikat. Pada tahun 1908 dia menulis buku berjudul A mind Found itself. Yang menggerakan penanganan penderita sakit mental menjadi lebih baik lagi. Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan         terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.

• Tahun 1909
Sigmund Freud mengunjungi Amerika dan mengajar psikoanalisa di Universitas Clark di Worcenter, Massachusetts.

• Tahun 1910
Emill Kreaplin pertama kali menggambarkan penyakit Alzheimer.

• Tahun 1920-an
Komite nasional untuk mental Higiene menghasilkan satu set model undangan-undang komite yang dimsukan kedalam aturan pada beberapa negara bagian.kimite juga membantu penelitian-penelitian yang bberpengaruh pada kesehatan mental, penyakit mental dan tratmen yang membawa perubahan nyata pada sistem perwatan kesehatan mental.

• Tahun 1950
Dibentuk Ntional Association of Mental Health ( NAMH ) yang merupakan marger dari 3 organisasi yaitu Ntional Committe for Mental Hygiene, National Mental Health Foundation, dan Psychiatric Foundation. Lembaga ini melanjtkan misi Beers dengan lebih jelas.

• Tahun 1960-an
Obat-obat antipsikotik konventional, seperti haroperidol digunakan pertama kali digunakan untuk mengntrol simtom-simtom yang positif ( nyata ) pada penderita psikosis, yang memberikan ukuran yang nyata dan penting karena membuat pasien tenang.

c. Gangguan mental dianggap sebagai bukan sakit
• Tahun 1961
Thomas Szasz membuat tulisan yang berjudul The Myth og Mental Illness, yang mengemukakan dasar teori yang menyatakan bahwa “ sakit mental” sebenarnya tidaklah benar-benar “sakit”, tetapu merupakan tindakan orang yang secara mental tertekan karena harus bereaksi terhadap lingkungan .

• Tahun 1962
Ada 422.000 orang yang tinggal di rumah sakit untuk perawatab psikiatris di Amerika Serikat.

• Tahun 1970
Mulainya deinstitusionalisasi massal.

• Tahun 1979
NAMH menjadi the National Mental health Association ( NMHA )

• Tahun 1980
Munculnya perawatan yang terencana, yaitu dengan opnbme dirumah sakit dalam jangka waktu yang pendek dan treatmen masyarakat menjadi standar bagi perawatan penyakit mental.

d. Melawan diskriminasi terhadap gangguan mental
MNHA memainkan peran penting dalam memunculkan Disabilities Act, yang melindungi warga Amerika yang secara mental dan fisik disable dari diskriminasi. Setelah itu tahun 1994 obat antipsikotik atipikal yang pertama diperkenalkan. Tahun 1997 peneliti menemukan kaitan genetik pada gangguan bipolar yang menunjukaan bahwa penyakit ini diturunkan.

Konsep kesehatan itu apaa yaaaa serta apa saja dimensinya ?????
Memahami konsep kesehatan itu tidak pernah dapat dilepaskan dari pengaruh sejarah dan kemajuan kebudayaan. Sepanjang sejarah yang telah ada makna sehat dan sakit itu dipengaruhi oleh peradaban. Selain itu juga treatment yang dilakukan sesuai dengan pemahaman terhadap kesehatan itu sendiri.
Budaya barat dan timur juga ternyata berbeda, memiliki perbedaan yang mendasar mengenai konsep sehat-sakit, sehingga perbedaan ini kemudian mempengaruhi sistem pengobatan di kedua kebudayaan tersebut. Akibatnya pandangan mengenai kesehatan mental juga berbeda. Namun sesuai dengan kemajuan teknologi dari waktu ke waktu yang semakin berkembang menemukan berbagai cara penanganan kesehatan yang mencoba mengintegrasikan sistem pengobatan antara kedua kebudayaan ini.

1. Pengetian kesehatan
Memahami pengertian health, yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia sebagai “kesehatan” ( Echols & Shadily, 1981 ) pengertian sehat atau kesehatan menurut dokter mungkin sedikit banyak akan berbeda dengan perawat, fisioterapis, apoteker, atau tenaga paramedis lainnya, meskipun mereka sama berada pada bidang kesehatan. Namun, berbagai macam golongan oranga ataupun para mahasiswa psikologi pada umumnya mendefinisikan sehat itu lebih berfokus pada masalah fisik.
Freud ( 1991 ) dengan mengutip the international dictionary of medicine and biology, mendefinisikan sehat itu sebagai “suatu kondisi yang dalam keadan baik dari suatu organisme atau bagiannya, yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit” , dan dapat disimpulkan bahwa kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit sebagai slah satu ciri kalau organisme tersebut sehat. Sekali lagi, bahwa pemahaman disini bahwa sehat itu umumnya masih berfokus pada masalah fisik dan bertitik tolak pada ada atau tidaknya penyakit. Membicarakan kesehatan tidak lengkap tanpa membahas penyakit kerena keduanya merupakan dua sisi dari keping mata uang yang sama.
Pengertian mengenai kesehatan biasanya dimengerti sebagai yang bersifat fisik dan kurang memperhatikan ke hal yang bersifat mentalbisa dipahami karena hal-hal fisik lebih dapat diamati dan sesuai dengan realitas dibanding dengan yang bersifat psikis.

2. Pengaruh budaya terhadap konsep kesehatan
Penegrtian kesehatan menurut WHO , WHO mendefinisikan kesehatan sebagai “…keadaan (status ) sehat utuh secara fisik, mental ( rohani ) dan sosial, dan buykan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan…..” (Smet, 1994 ).
Sebagai perbandingan, bidang psikologi ( kepribadian ) sekarang ini mengembangkan pandangan yang baru mengenai apa yang disebut sebagai “ keprbadian yang sehat “. Pandangan ini berbeda dengan pandangan psikologi yang tradisionalis ( misal psikoanalisa atau behaviorisme ), dalam memandang kodrat manusia. Pada psikologi tradisional, konsep tentang sehat itu lebih kepada apakah orang tersebut tidak ada gangguan ( kepribadian )tertentu. Dengan kata lain apakah orang tersebut kepribadiannya nyata-nyata berbeda atau tidak pada umumnya. Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah “keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan” Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.

Ciri-ciri Tingkah Laku Sehat atau Normal
Menggambarkan seseorang beetingkah laku normal atau sehat biasanya relatif agak sulkit dibanding tingkah laku yang tidak normal. Ini disebabkan karena tingkah laku yang normal seringkali kurang mendapatkan perhatian karena tingkah laku tersebut dianggap wajar, berbeda dengan tingkah laku yang abnormal yang lebih banyak mendapatkan perhatian yang lebih.
Adapun ciri-ciri individu yang normal atau sehat ( Warga, 1983 ) pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Bertingkah laku sesuai dengan norma-norma sosial yang diakui
2. Mampu mengelola emosi
3. Mampu mengaktualkan potensi-potensi yanng dimiliki
4. Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial
5. Dapat mengenali risiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan menurut tingkah laku
6. Mampu menunda keinginan sesaat mencapai tujuan jangka panjang
7. Mampu belajar pengalaman
8. Biasanya gembira
Harber dan Runyon ( 1984 ). Menyebutkan senjumlah ciri individu yang beertingkah laku normal, sebagai berikut :
1. Sikap terhadap diri sendiri
2. Persepsi terhadap relaita
3. Integrasi
4. Komptensi
5. Otonomi
6. Pertumbuhan dan aktuallisasi
7. Relasi interpersonal
8. Tujuan hidup

Sumber :
Moeljono Notosoedirdjo, Kesehatan Mental; Konsep dan Penerapan, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002.
Hasan Langgulung, Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986.
M.Si., S.Psi., Siswanto, kesehatan mental; konsep kecakupan dan perkembangannya. Andi.